Welcome to my Blog

Smoga Bermanfaat dan Menginspirasi

As a Model of Malika by Bhre Craft House

Special Thanks to God n Mom Ulfa...always success in ur Life

Apple in my Eyes

You are source of my strenght, love of my life......MAMA LOVE U SO MUCH

Beautifull Moms

Beautifull, Smart, Creative n Caring

Previous Commitee of HmCY

Semua Hebat, very proud of u all

Senin, 27 Januari 2014

Mengawali Masa Emas Perkembangan Otak si Kecil


Tahukah Anda bahwa tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode dimana miliaran sel Glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel syaraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antar neuron disebut dendrite berbentuk mirip sarang laba-laba dan axon yang berbentuk memanjang. Sebagai catatan, anak-anak kita dilahirkan dengan 10 miliar neuron (sel syaraf) di otaknya. [dikutip dari website DepKes RI: www.depkes .co.id/bayi/otak]
Bukan tentang jumlah neuron dalam kepala si kecil yang ingin kami garis bawahi, namun tentang fakta bahwa tiga tahun pertama perkembangan si kecil merupakan masa-masa emas dalam pembentukan otak cerdasnya. Karena otak, tumbuh dengan sangat pesat dan akan mencapai 70-80% pada 3 TAHUN PERTAMA kehidupan si kecil. Memberi rangsangan secaa tepat pada otak si kecil pada masa tersebut akan membantu si kecil mempertahankan sambungan neuron yang telah terbentuk saat proses eliminasi terjadi diusia 11 tahun.
Meski demikian, para orang tua tidak dapat secara sembarangan memberikan rangsangan dimasa tiga tahun pertama tersebut, karena mereka menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasa dan disentuh dari lingkungan mereka. “Kemampuan otak merena untuk memilah atau menyaring pengalaman rasa tidak menyenangkan dan berbahaya belum berkembang.” papar dr. Susan, salah seorang nara sumber untuk website Departemen Kesehatan RI.
Hal inilah yang mendasari PT. Tigaraksa Satria dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dimana program tersebut telah dirancang khusus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan si kecil. Program ini misalnya tidak memberikan beban pada si kecil untuk belajar. Namun lewat interaksi yang menyenangkan antara orang tua dan anak, dengan menggunakan kartu-kartu belajar yang menarik, anak-anak secara tanpa sadar belajar dengan gembira layaknya bermain dan orang tua dapat memastikan tiga tahun ke-emasan si kecil dapat mengantarkannya pada kesuksesan emas di masa depan.


Written by Tiga Raksa Satria - Educational Technology

Belajar di Sekolah saja Tidak Cukup !


Saat ini banyak para orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada  pihak sekolah. Selain karena kesibukan pekerjaan, mereka juga berpendapat telah  memilihkan sekolah yang terbaik untuk si buah hati. Sehingga, tidak perlu lagi  membebani anak dengan kegiatan pendidikan di rumah. Padahal, ada beberapa alasan  mengapa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah adalah kurang bijaksana.
            Alasan pertama adalah fakta bahwa anak-anak melewatkan waktu di rumah lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding di sekolah. Dalam setahun rata-rata anak menghabiskan waktunya selama 1.505 jam di sekolah. Bandingkan dengan 3.605 jam yang dihabiskannya dirumah. Tergambar betapa tidak adilnya kita jika membebankan beban pendidikan seluruhnya pada pihak sekolah. Lagipula, hanya sedikit waktu yang diterima oleh anak dalam bentuk perhatian individual selama di sekolah. Disisi lain terbayang betapa banyaknya  waktu yang terbuang di rumah.
Alasan kedua adalah kecenderungan sekolah untuk fokus pada kecerdasan linguistik dan matematis. Padahal, Howard Gardner, akademisi dari Universitas Harvard,  mencatat setidaknya ada 7 tipe kecerdasan yang perlu dikembangkan pada anak, yaitu : linguistik (menulis, orasi, dsb), matematis/logis, musikal, visual/spasial (melukis, merancang bangun, dsb), kinestetik (gerak tubuh), inter personal (berhubungan dengan orang lain), dan intra personal (berpuisi, dsb). Jelas harus menjadi  inisiatif orang tua di rumah untuk melengkapi kecerdasan-kecerdasan yang tidak dikembangkan di sekolah.
Alasan ketiga adalah anak-anak tidak hanya membutuhkan kecerdasan untuk sukses, namun juga serangkaian keterampilan dan pegangan nilai-nilai. Keterampilan tersebut diantaranya keterampilan kerja, keterampilan analitis, dan keterampilan sosial. Sedangkan nilai-nilai yang perlu dikembangkan pada anak misalnya integritas, kejujuran, toleransi dan sebagainya. Keterampilan dan nilai-nilai tersebut seringkali tidak dapat diajarkan lewat pendekatan formal di sekolah.
Namun, orang tua tidak perlu resah dan merasa terbebani. Pada dasarnya anak dapat belajar lebih efektif dilingkungan rumah yang santai dan tidak formal. Yang dibutuhkan selanjutnya adalah media dan alat belajar yang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah, sekaligus memfasilitasi kebutuhan belajar anak secara lengkap baik aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), maupun nilai-nilai (values).

Written by Tiga Raksa - Educational Technology

Design by Zoya

Thanks to Mba Neni- Ana Muslim Clothes, may God give u many Fortune n always success in ur life.
Feeling Proud be ur Model.......

Design by Paradise Batik

Thanks to Mba Salma, Mba Zizah n Mba Mudrika, may God give u many Fortune n always success in ur life.
Feeling Proud be ur Model.......



Design by Dannique

Thanks to Mba Mba Dany Paraswati, may God give u many Fortune n always success in ur life.
Feeling Proud be ur Model.......









As a Model of Heksana

Thanks to Mba Mba Hekso, may God give u many Fortune n always success in ur life.
Feeling Proud be ur Model.......



 



As a Model of Malika by Bhre Craft House

Thanks to Mba Ulfa, may God give u many Fortune n always success in ur life.
Feeling Proud be ur Model.......










Selasa, 21 Januari 2014

Mengembangkan Konsep Pemahaman pada Anak

 Setiap orang tua berupaya meningkatkan kecerdasan pada anaknya, namun jarang yang menyadari bahwa kecerdasan sebenarnya mulai dibentuk sejak dini. Perumbuhan otak yang sangat pesat justru terjadi pada awal kehidupan. Itulah sebabnya mengapa orang tua harus memperhatikan hal-hal yang dapat menunjang kecerdasannya seperti kecukupan akan gizi pada makanan yang dibutuhkan. Disamping memberikan gizi yang cukup, stimulasi otak juga penting yaitu dengan mendengarkannya musik atau bernyanyi dan mengajaknya bercakap-cakap. Otak merekam apa yang dapat dicatat dari lingkungannya. Ia mendengar, bereaksi terhadap sentuhan, belajar mengingat dan juga emosi sang ibu dapat mempengaruhinya. Dari sinilah konsep pemahaman mulai diperkenalkan.
            Setelah lahir, lingkungan mengambil alih.  Arus pemandangan, suara, bunyi, bau, sentuhan serta yang paling penting bahasa dan kontak mata adalah faktor-faktor pembentukan otak bayi. Berkaitan dengan hal tersebut melalui peran serta orang tua sangatlah penting dalam mengoptimalkan potensi anak dengan memperkenalkan pemahaman akan konsep dasar yaitu: warna, angka, ukuran, bunyi, bentuk, posisi & arah, bau & rasa, tekstur, gerak, lawan kata, dan waktu. Bayi akan menangkap ide dari konsep itu dan muncullah strategi untuk berpikir dengan merespon secara verbal ataupun non verbal. Orang tua harus menanggapi respon itu mulai dari pengenalan pemahaman konsep dasar kemudian memperkuatnya ke pemahaman pengetahuan dasar. Kemampuan kreatifitas berpikir dalam memahami dunia sekitar secara nyata sangatlah penting apalagi ditunjang dengan program yang komprehensif. Selain itu juga proses menganalisa menjadi terstruktur. Meninjau kembali pengertian belajar sama dengan bermain pada anak usia dini dan pengetahuan tidak ada batasnya maka konsep pemahaman pengetahuan dasar kemudian dikembangkan kepemahaman secara spesifik. Anak diperkenalkan bagaimana menggunakan encyclopedia sehingga tidak ada pertanyaan yang tak terjawabkan. Membentuk hubungan yang erat dan positif serta kebiasaan meng-gunakan referensi dari sejak dini, hasil akhir yang didapatkan adalah riset kompetensi. Sebuah kalimat yang memotivasi orang tua dan anak “Ibu dan Ayah tidak tahu jawabannya , tetapi akan menunjukkan bagaimana mencari jawabannya”. Hanya dengan Family Learning program yang terkordinasi, saling berhubungan dan terintegrasi orang tua akan lebih efektif menjalankan peranannya. (HDN)

Written by Tiga Raksa- Educational Technology

Anak Terlalu dekat Dengan Neneknya, apakah tidak masalah?

Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Auladi Parenting School Director
International Parenting Motivator
Ayah 4 orang anak
inspirasipspa@yahoo.com

QUESTION

Assalamu alaikum wr wb,

Abah, saya mau tanya tentang kasus anak yg telalu dekat dgn Nenek atau mbahnya. Apakah ini bermasalah ? 

Saya punya teman yg anaknya sedari kecil selalu main ke rumah neneknya yg kebetulan tidak jauh dari rumahnya.
Namun lama kelamaan anak ini menjadi lengket dengan neneknya.

Setiap hari pasti minta dianterin ke rumah neneknya, dan anak ini selalu susah untuk dibujuk untuk pulang oleh orangtuanya (karena sudah seharian main teman neneknya), bahkan sampai anak ini tidak mau pulang.

Temen saya (si Ibu) jadi takut klo anaknya ini terlalu lengket dgn nenek yang akibatnya anaknya ini menjadi jauh dari dirinya. Apalagi pengaruh dengan siapa nanti yg akan anak ini dengar Ibu atau Neneknya.Si Ibu menjadi khawatir apalagi hal ini terkait dgn pendidikan Islam yg ingin ditanamkan si ibu ke anaknya.

Mohon solusinya

ANSWER

alaikumsalam wr wb 

Sebenarnya, tidak masalah dekat dengan neneknya. Dekat dengan tantenya, dekat dengan kakaknya atau bahkan dekat dengan pembantu sekalipun. Malah bagus untuk anak. 

Tapi, menjadi masalah jika:

1. Ada perbedaan pola asuh antara pengasuh di luar orangtua (nenek, kakek, tante, pembantu, dll) dengan pola asuh orangtua. Terjadi inkonsistensi bagi anak yang akhirnya dapat membuat anak justru kebingungan dan lebih mudah untuk membangkang dari salah satu orang yang mengasuhnya.

Karena itu bukan satu dua saya menemukan kasus anak yang dari kecil dititip di rumah neneknya, uwaknya, tantennya yang tidak dkaruniai anak oleh Allah, dll. lalu setelah remaja balik lagi, anak remaja ini sering berulah dan membuat masalah. 

Bermasalahnya anak remaja ini selain karena inkonsistensi tambah lagi dikirimnya anak ini ke tempat selain orangtuanya justru bukan untuk kepentingan anak itu sendiri. Apalagi jika orangtua punya anak lebih dari satu. Remaja ini merasa dibuang . lalu kemudian dalam pikirannya ia terus protes : mengapa aku yang dititipkan? Mengapa bukan kakak? Mengapa bukan adik? Mengapa Mama dan Papa mementingkan kepentingan uwak/nenek/tante daripada kepentinganku sendiri?

2. Orangtua abai dengan anak. Di tengah kesibukannya kerja, dua orangtua bekerja apalagi, lalu anaknya dititipkan di nenek/kakek/pembantu/tante/uwak, dll dan setelah bertemu dengan anak, bukannya terlibat berinteraksi dengan anak, malah mengabaikan anak dengan alasan lelah, cape dll. Maka otomatis kedekatan emosional orangtua dengan anak tidak terbentuk. Akibatnya anak ini jadi lebih mudah mendengar perkataan pengasuh di luar orangtuanya tadi. 

Ini menjadi masalah terutama, saat anak ini harus berpisah dari pengasuh outsourcing tadi. apakah karena nenek kakek meninggal, apakah karena si bibi berhenti kerja, apakah karena uwaknya pindah ke luar negeri dan lain-lain. 

Jadi, lengket dengan nenek, kakek, tante, uwak, bibi dan lain-lain itu boleh dan bagus. Tapi, saya termasuk yang tidak setuju jika seorang anak yang orangtua masih ada meski orangtua tunggal, apalagi lengkap, dititipkan di rumah orang lain sampai beberapa tahun. 

Sekadar menitipkan beberapa jam karena orangtua kerja boleh-boleh saja. tapi menitipkan anak sampai bertahun-tahun saya khawatir ini namanya mengabaikan anak dan melepas tanggung jawab orangtua pada anak. 

Jika pun dititipkan beberapa jam, itu pun orangtua harus segera setelah bertemu dengan anak melakukan interaksi berkualitas dengan anak sehingga anak lengket dengan nenek juga lengket dan orangtuanya sendiri. 

Bagaimana jika dua-duanya sudah lengket? Sangat bagus tentu! tapi, yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa anak tetap harus dibawah kendali orangtua, bukan nenek dan kakeknya. Aturan-aturan keluarga yang berlaku harus dari orangtua, bukan dari nenek dan kakeknya. Karena itu:

1. Saat menitipkan anak, pastikan bahwa nenek dan kakeknya telah diberikan penjelasan mengenai aturan-aturan dasar yang berlaku di keluarga Anda. Mungkin tidak mudah bicara dengan orangtua tua yang kadang harus hati-hati dan tidak menyingung perasaan. Tapi insya Allah dengan niat baik dan cara berbicara yang tidak menggurui dan sopan, sebagian orangtua pada akhirnya akan mendenggar kita. 

"Ayah ibu, ayah ibu tahu, kami sudah berumah tangga dan punya anak-anak yang dikirimkan Allah kepada kami. 

Ayah ibu sudah tahu, ini amanah kami. Dan kami akan diminta pertanggugnjawaban oleh Allah kelak. Yang akan dhisab adalah kami orangtua, terutama, bukan ayah ibu, kakek neneknya anak-anak.

Kami sangat senang dan berterima kasih ayah ibu (nenek-kakeknya anak Anda) mau terlibat dan berkenan ikut menjaga anak kami. Tapi kami mohon pengertian ayah ibu, karena kami tengah belajar berumah tangga sendiri, kami memilki aturan-aturan di rumah kami yang juga akan berlaku untuk anak-anak kami.

Jadi, kami mohon pengertian agar saat ayah ibu mengasuh anak-anak, cucu ayah dan ibu, agar ayah dan ibu dapat menerapkannya secara konsisten pada anak-anak kami"

 2. Jika orangtua kita benar-benar tidak dapat diajak bicara maka BUAT ANAK KITA LEBIH PERCAYA pada kita dibandingkan nenek dan kakeknya. Saya yakin jika terbangun kedekatan orangtua dan anak dan lalu orangtua tegas dalam artian menerapkan aturan-aturan keluarga secara konsisten. Insya Allah anak kita seharusnya akan lebih mendengar kita dibandingkan dengan siapapun. 

Anak-anak saya saat disodorkan nenek dan kakeknya misalnya makanan yang menurut aturan keluarga bukan makanan yagn tayyib mereka akan berkata nenek kata abah dan ummi, makanan itu tidak boleh, tidak tayyib. Jadi bukan malah dilarang orangtua lalu lari ke nenek dan kakek . 

Kamis, 16 Januari 2014

Agar Anak Mau Tidur Sendiri

Membuat anak-anak tidur sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah, khususnya yang masih berusia balita. Membiasakan anak usia balita untuk tidur terpisah sejak dini juga menurut beberapa pakar psikologi perkembangan anak diyakini dapat menanamkan sifat kemandirian pada anak-anak.

Sebenarnya, memisahkan tempat tidur anak dengan orangtua adalah kewajiban. Di dalam Al-Qur an di kenal prinsip ISTI ZAN yakni meminta izin jika anak ke kamar orangtua. Jika demikian, tak mungkin anak meminta izin jika tidurnya masih bersatu dengan orangtua.

Orang-orang Barat cendrung memisahkan tidur anak dengan orangtua sejak bayi sedangkan orang-orang asia saat kira-kira mereka melewati masa balita? Kami merekomendasikan, agar bayi tetap dan baik jika tidur di dekan orangtua. Dampak positifnya, kehangatan, hubungan jiwa antara anak dengan orangtua bisa lebih dekat. Baru, setelah melewati kira-kira usia 3 tahun. Anak secara bertahap dipisahkan tempat tidurnya. 4 tahun: tidur beda kasur tapi masih satu kamar dengan orangtua. 5 tahun: mulai tidur beda kamar meski masih diantar orangtua. 6 tahun: seharusnya sudah dapat tidur sendiri, mandiri meski pun tanpa di dampingi.

Apapun caranya, ini butuh konsistensi. Jika anak tengah malam menangis dan kembali lagi ke kasur orangtua. Hendaknya orangtua memindahkan kembali ke kasur anak, meski mungkin orangtua masih mendampingi sampai dia tertidur. Jika orangtua konsisten, maka insya Allah dalam waktu tertentu anak akan terbiasa tidur sendiri tanpa didampingi orangtua.

Berikut ini beberapa tips lain yang kami kutip dari majalah Inspiredkids edisi Juni 2009, agar anak mau tidur sendiri, yaitu:

1. Ciptakan Suasana Gembira

Mulailah secara bertahap dengan mengatakan bahwa dalam beberapa hari ia akan diizinkan tidur sendiri. Buatlah seperti suatu kejadian yang menyenangkan. Bila mungkin, siapkan kamar khusus untuk si kecil atau letakkan hadiah kecil yang disukainya di bawah bantal setiap kali ia tidur di kamarnya sepanjang malam tanpa mengganggu. Jika ia sudah terbiasa, katakana bahwa sang peri pembawa hadiah harus menjaga anak lain.

2. Dengan Musik atau Cerita
Putar musik atau cerita di kamar si kecil. Biarkan anak memilih lagu atau cerita yang ingin diputarnya. Kemudian minta ia berbaring di tempat tidurnya sambil mendengarkan cerita atau musik sampai tertidur dengan sendirinya. Sediakan juga kaset musik lembut sebagai cadangan kalau-kalau ia terbangun di malam hari. Musik itu untuk menemani si kecil tidur kembali.

3. Percantik Kamar si Kecil
Carilah hiasan untuk mempercantik kamar si kecil. Libatkan dia dalam mencari hiasan kamarnya. Ia bias memilih boneka, gambar-gambar untuk digantungkan. Buatlah ruangan sehingga si kecil senang berada di kamrnya. Tak perlu mahal, tapi yang penting gunakan imajinasi untuk menghidupkan suasananya.

4. Biarkan Tumbuh Secara Alami
Biarkan kemandirian anak tumbuh secara alami. Jangan lakukan dengan paksa. Bila ia belum siap, berikan waktu baginya untuk terbiasa dengan gagasan tidur sendiri ini. Setiap anak adalah individu yang mempunyai identitas sendiri. Ia tidak bisa disamakan dengan anak tetangga, teman, bahkan kakak atau adiknya sendiri. Lepaskan ia tidur sendiri saat ia siap benar. Bila si kecil menangis di tengah malam, pergilah ke kamarnya dan temani tidur di sana. Ajarkan ia belajar mengatasi rasa takutnya.

5. Tunggu Sampai Pagi
Saat balita meminta untuk tidur bersama, katakan padanya ia baru boleh masuk kamar tidur kita saat suasana di luar rumah sudah ‘terang tanah’. Di pagi hari, si kecil akan bersemangat mengumumkan bahwa ‘gelap sudah pergi’ dan ia boleh numpang tidur sebentar di kamar orangtua.

6. Harus Ada Alternatif Lain
Katakan pada anak anda, jika ia ingin tidur di kamar kita, ia harus mau tidur di kantung tidur atau kasur lipat yang telah disediakan, di lantai. Bukannya di tempat tidur orangtua. Mula-mula si kecil akan menerima tantangan itu. Namun lama-lama akhirnya ia lebih suka tidur di kamarnya sendiri. Kasur lipatnya tetap kita sediakan di kamar, supaya tidak ada kesan bahwa kita memang berniat mengusir si kecil.

7. Pengecualian
Dengan meningkatnya kasus pelanggaran pada anak, berhati-hatilah saat menempatkan tamu sekamar dengan si kecil. Mintalah si kecil bicara jujur tentang kekhawatiran atas tamu yang sekamar dengannya.

8. Bicara Jujur
Bagi anak yang sudah mendekati usia 5 tahun, katakan terus terang bahwa ini saatnya ia tidur dan mengatur kamarnya sendiri. Anak yang diberi tanggung jawab seperti ini biasanya mau menerima dan tak akan ngambek.

9. Temani Mereka
Jika waktu tidur tiba, temani anak di kamarnya sambil membacakan cerita sampai ia tertidur. Kehadiran kita dan cerita yang kita bacakan membuatnya merasa aman dan nyaman.

10. Pindahkan Kasurnya
Saat si kecil masih ingin tidur di kamar kita, pindahkan kasurnya ke dalam kamar tidur tepat di sebelah tempat tidur kita. Kemudian setiap hari jauhkan jarak kasurnya sedikit demi sedikit, sampai mendekati pintu.


Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Auladi Parenting School Director
International Parenting Motivator
Ayah 4 orang anak
inspirasipspa@yahoo.com 

Kita, Bukan Orangtua Malaikat


Ayah, Ibu…..
Ketahuilah, menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kita
bukanlah berarti kita diharapkan menjadi orangtua malaikat
yang tak boleh kecewa, sedih, capek, pusing menghadapi anak.
Perasaan-perasaan negatif pada anak itu wajar,
bagaimana menyalurkannya hingga tak sampai menyakiti anak
itu yang menjadi fokus perhatian.

Artinya, ayah ibu,
sebenarnya kita masih tetap boleh sedih, kecewa pada anak,
tetapi kita sama sekali tak berhak untuk melukai
dan menyakiti anak-anak kita.

Ketahuilah, melotot, mengancam, membentak
dapat membuat hati anak terluka.
Apalagi, mencubit dan memukul tubuhnya.
Tubuhnya bisa kesakitan,
tapi yang lebih sakit sebenarnya apa yang ada dalam tubuhnya.

Ayah, Ibu…..
Karena kita bukan orangtua malaikat,
maka yakinlah anak kita pun bukan anak malaikat
yang langsung terampil berbuat kebaikan.
Mereka tengah belajar ayah,
mereka masih berproses Ibu.

Seperti belajar bersepeda,
kadang mereka terjatuh,
kadang mereka mengerang kesakitan ketika terjatuh.

Demikian juga dengan perilaku anak-anak kita,
mereka bereksplorasi,
mereka berproses,
mereka mengayuh kehidupan
untuk meraih kebaikan
dan menjadi manusia yang berperilaku baik.

Ketika mereka terjatuh saat belajar berperilaku,
sebagian kita lalu memvonisnya sebagai anak nakal,
padahal sebenarnya mereka belum terampil berbuat kebaikan.

Jika Ayah Ibu membimbing kebelumterampilan perbuatan baik anak
dengan cara yang baik.
Insya Allah kebelumterampilan berbuat baik mereka
akan terus tergerus dari kehidupan mereka.

Tetapi Ayah, Ibu,
jika kita menghadapi ketidakterampilan ini
dengan tekanan, ancaman, bentakan, cubitan, pelototan,
mereka akan semakin terpuruk ke arah keburukan.

Ayah Ibu….
Yakinlah, ketika seorang anak emosinya kepanasan:
nangis, marah yang terekspresikan dalam bentuk
yang mungkin dapat membuat orangtua jengkel,
siramlah ia dengan kesejukan.
Menyiram kayu yang terbakar dengan minyak panas
hanya membuat ia makin terbakar.

Ayah, Ibu…..
Yakinilah, sifat-sifat negatif anak
hanyalah bagian eksplorasi untuk mencari cahaya kehidupan.
jika kita memahaminya sebagai sebuah bagian proses kehidupan,
insya Allah anak-anak kita akan akan menebar cahaya untuk kehidupan.

Karena itu ayah, ibu…,
jika kadang amarah dengan kejahilian memperlakukan anak
mampir lagi dalam hidup kita,
kamus yang benar adalah inilah uji ketulusan
bukan kegagalan,
terus belajar tentang kehidupan,
bukan tak berhasil dalam kehidupan.

Belajar, memburu ilmu,
adalah ikhtiar yang kita tuju,
karena sebagian kita ketika menikah
tidak disiapkan jadi orangtua.

Jadi, ayah ibu,
mari kita terus belajar,
meskipun telah jadi orangtua: belajar….jadi orangtua.
Andaikan keluarga kita kuat,
insya Allah anak-anak kita memiliki ketahanan mental
terhadap lingkungan yang gawat.

**

Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Auladi Parenting School Director
International Parenting Motivator
Ayah 4 orang anak
inspirasipspa@yahoo.com | www.auladi.org


Dikutip dari buku super best seller "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih", dapatkan renungan lainnya di buku ini.

Jumat, 10 Januari 2014

Design by Mom HmCY....TVRI Jogja



Kamis, 09 Januari 2014

Hijab Class at UNY Hotel












Meeting Komite





Commitee of Previous HmCY

Wanita Wanita Hebat
Hanya Kalimat itu yang bisa aku deskripsikan buat moms semua. Very Proud of u all.
Ditengah kesibukan sebagai seorang istri dan ibu, juga tetap berkarya untuk memberdayakan wanita dan masih bisa membagi waktu buat kegiatan sosial. Love u, muach muach muach




 







Twitter Delicious https://www.facebook.com/pages/Elsaba-sprei/162757443883701?ref=hl Digg Stumbleupon Favorites More