Welcome to my Blog

Smoga Bermanfaat dan Menginspirasi

As a Model of Malika by Bhre Craft House

Special Thanks to God n Mom Ulfa...always success in ur Life

Apple in my Eyes

You are source of my strenght, love of my life......MAMA LOVE U SO MUCH

Beautifull Moms

Beautifull, Smart, Creative n Caring

Previous Commitee of HmCY

Semua Hebat, very proud of u all

Sabtu, 08 Maret 2014

Pelatihan Merajut part 1

Pelatihan Merajut di Daun Salon Spa 5 Maret 2014

Merajut..... olah ketrampilan tangan yang  dapat berfungsi ganda,...selain kill the time juga dapat membantu perekonomian keluarga. Buat para wanita yang kebingungan menghabiskan waktu, yuks ikuti pelatihan merajut setiap hari Kamis pukul 09.00 di Daun Salon Spa. Ini bentuk keperdulian Daun Salon Spa terhadap program pemberdayaan wanita. Smoga wanita2 di Indonesia akan semakin maju. Terimakasih Mba Nuci yg sudah menjadi pelatih kami. Pelatihan ini diselenggarakan di Daun Salon Spa n it's organized by iing Elsaba








Mba Nuci pelatih merajut



Senin, 27 Januari 2014

Mengawali Masa Emas Perkembangan Otak si Kecil


Tahukah Anda bahwa tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode dimana miliaran sel Glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel syaraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antar neuron disebut dendrite berbentuk mirip sarang laba-laba dan axon yang berbentuk memanjang. Sebagai catatan, anak-anak kita dilahirkan dengan 10 miliar neuron (sel syaraf) di otaknya. [dikutip dari website DepKes RI: www.depkes .co.id/bayi/otak]
Bukan tentang jumlah neuron dalam kepala si kecil yang ingin kami garis bawahi, namun tentang fakta bahwa tiga tahun pertama perkembangan si kecil merupakan masa-masa emas dalam pembentukan otak cerdasnya. Karena otak, tumbuh dengan sangat pesat dan akan mencapai 70-80% pada 3 TAHUN PERTAMA kehidupan si kecil. Memberi rangsangan secaa tepat pada otak si kecil pada masa tersebut akan membantu si kecil mempertahankan sambungan neuron yang telah terbentuk saat proses eliminasi terjadi diusia 11 tahun.
Meski demikian, para orang tua tidak dapat secara sembarangan memberikan rangsangan dimasa tiga tahun pertama tersebut, karena mereka menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasa dan disentuh dari lingkungan mereka. “Kemampuan otak merena untuk memilah atau menyaring pengalaman rasa tidak menyenangkan dan berbahaya belum berkembang.” papar dr. Susan, salah seorang nara sumber untuk website Departemen Kesehatan RI.
Hal inilah yang mendasari PT. Tigaraksa Satria dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dimana program tersebut telah dirancang khusus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan si kecil. Program ini misalnya tidak memberikan beban pada si kecil untuk belajar. Namun lewat interaksi yang menyenangkan antara orang tua dan anak, dengan menggunakan kartu-kartu belajar yang menarik, anak-anak secara tanpa sadar belajar dengan gembira layaknya bermain dan orang tua dapat memastikan tiga tahun ke-emasan si kecil dapat mengantarkannya pada kesuksesan emas di masa depan.


Written by Tiga Raksa Satria - Educational Technology

Belajar di Sekolah saja Tidak Cukup !


Saat ini banyak para orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada  pihak sekolah. Selain karena kesibukan pekerjaan, mereka juga berpendapat telah  memilihkan sekolah yang terbaik untuk si buah hati. Sehingga, tidak perlu lagi  membebani anak dengan kegiatan pendidikan di rumah. Padahal, ada beberapa alasan  mengapa menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah adalah kurang bijaksana.
            Alasan pertama adalah fakta bahwa anak-anak melewatkan waktu di rumah lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding di sekolah. Dalam setahun rata-rata anak menghabiskan waktunya selama 1.505 jam di sekolah. Bandingkan dengan 3.605 jam yang dihabiskannya dirumah. Tergambar betapa tidak adilnya kita jika membebankan beban pendidikan seluruhnya pada pihak sekolah. Lagipula, hanya sedikit waktu yang diterima oleh anak dalam bentuk perhatian individual selama di sekolah. Disisi lain terbayang betapa banyaknya  waktu yang terbuang di rumah.
Alasan kedua adalah kecenderungan sekolah untuk fokus pada kecerdasan linguistik dan matematis. Padahal, Howard Gardner, akademisi dari Universitas Harvard,  mencatat setidaknya ada 7 tipe kecerdasan yang perlu dikembangkan pada anak, yaitu : linguistik (menulis, orasi, dsb), matematis/logis, musikal, visual/spasial (melukis, merancang bangun, dsb), kinestetik (gerak tubuh), inter personal (berhubungan dengan orang lain), dan intra personal (berpuisi, dsb). Jelas harus menjadi  inisiatif orang tua di rumah untuk melengkapi kecerdasan-kecerdasan yang tidak dikembangkan di sekolah.
Alasan ketiga adalah anak-anak tidak hanya membutuhkan kecerdasan untuk sukses, namun juga serangkaian keterampilan dan pegangan nilai-nilai. Keterampilan tersebut diantaranya keterampilan kerja, keterampilan analitis, dan keterampilan sosial. Sedangkan nilai-nilai yang perlu dikembangkan pada anak misalnya integritas, kejujuran, toleransi dan sebagainya. Keterampilan dan nilai-nilai tersebut seringkali tidak dapat diajarkan lewat pendekatan formal di sekolah.
Namun, orang tua tidak perlu resah dan merasa terbebani. Pada dasarnya anak dapat belajar lebih efektif dilingkungan rumah yang santai dan tidak formal. Yang dibutuhkan selanjutnya adalah media dan alat belajar yang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif di rumah, sekaligus memfasilitasi kebutuhan belajar anak secara lengkap baik aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), maupun nilai-nilai (values).

Written by Tiga Raksa - Educational Technology

Twitter Delicious https://www.facebook.com/pages/Elsaba-sprei/162757443883701?ref=hl Digg Stumbleupon Favorites More